“Mantra Cakrabirawa menyelamatkan Indonesia dari komunisme . . . Bagaimana bisa? Jika Cakrabirawa tidak melakukan dalam kudeta 1965, maka tidak ada alasan Angkatan Darat untuk menumpas komunisme. Jika Angkatan Darat tidak menumpasnya, PKI menang lewat pemilihan umum. Maka, berkuasalah rezim komunis yang otoriter dan keji dan ateis -seperti di Soviet dan RRC- bagi Indonesia. Pendek kata, berkat kudeta Cakrabirawa yang gagal itu, Indonesia selamat dari komunisme” – Ayu Utami, dalam Manjali dan Cakrabirawa hal. 76.

Begitulah ungkapan Sastrawan Ayu Utami yang menuliskan Cakrabirawa dalam novelnya. Cakrabirawa, baginya, merupakan penyelamat bangsa Indonesia ketika diujung tanduk konstetasi ideologi transnasional.

Baca juga: Tafsir Leak dalam Sastra: Menelisik (Lagi) Makna Cakrabirawa (Bagian I)

Dari sepenggal paragraf diatas, dikatakan bahwa kudeta Cakrabirawa pada tahun 1965 gagal menyelamatkan Indonesia dari komunisme. Terlepas dari konteks baik atau buruknya ideologi komunisme, perlu digarisbawahi pada saat itu terjadi perang dingin antara blok barat dengan Soviet.

Amerika Serikat (AS) sangat antipati dengan komunisme. Negara ini menggagas teori domino yang berfokus pada pergerakan komunis di Asia Tenggara. Teori tersebut tentu menyorot Indonesia yang saat itu menyediakan tempat bagi ideologi Komunisme.

Negara-negara Asia Tenggara yang ‘terjangkit’ komunisme seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja diinvasi oleh Amerika. Hasilnya, jutaan nyawa menjadi korban tanpa ampun.

Lantaran hal tersebut, boleh kita berandai-andai, bagaimana jika komunisme saat itu menguasai Indonesia?

Kemungkinannya, AS akan menerjunkan pasukan, atau paling tidak mereka akan membuat intrik yang menghasilkan jatuhnya banyak korban di kalangan rakyat Indonesia. Bahkan sebelum tragedi ‘65, pihak AS sudah mencampuri gerakan PRRI/Permesta demi memberantas komunisme.

Apa yang ditafsirkan Ayu Utami tentang Cakrabirawa soal menyelamatkan Indonesia agaknya tepat, meski bisa diperdebatkan.

Mungkin saja Cakrabirawa adalah mantra, sebagaimana dulu mantra Bhairawa telah menggagas Kertanegara untuk mengontrol Dwipantara, yang kemudian berkembang menjadi wawasan nusantara dalam konfigurasi politik Majapahit.

Baca juga: Leak: Aliran Kiri yang Mempersatukan Nusantara

Editor: Agil Kurniadi

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hai, ada yang bisa dibantu?