Semua bermula dari upaya Marconi mengotak-atik penelitiannya tentang sains dan listrik. Saat berkuliah di Universitas Bologna, Italia, pada 1894, ia mulai melakukan eksperimen gelombang radio.
Kekagumannya terhadap Heinrizh Rudolf dan Oliver Lodge, dua fisikawan Jerman, membuncah. Ia penasaran dengan gelombang tak kasat mata yang dihasilkan dua ilmuwan tersebut, lalu mengembangkan teknologi telegraf tanpa kabel.
Guglielmo Marconi, nama lengkapnya, berhasil membuat alat penghasil gelombang kreasi yang dapat mengirim sinyal ke lokasi berjarak 1 mil atau 1,6 kilometer—kelak bernama Radio. Dalam ulasan Kompas, Pria kelahiran 25 April 1874 itu mencari investor untuk mengembangkan penemuannya lebih lanjut, tapi tak kunjung dapat di Italia.
Marconi kemudian berangkat ke tanah London untuk mengadu nasib penemuannya pada 1896. Untungnya, ada yang tertarik, salah satunya Kantor Pos Inggris.
Penemuannya pun berkembang pesat. Sinyal pancaran radio yang ia kembangkan mampu memancar hingga 12 mil atau 19 kilometer. Bahkan, pancaran sinyal mampu melintasi Selat Inggris hingga membuat para fisikawan terheran-heran.
Mungkin, baginya ini kesempatan emas. Tahun 1899, setelah mendaftarkan hak patennya, ia membuka perusahaan telegraf yang diberi nama Marconi Telegraph Company di London.
Kiprahnya tak kadung usai. Pada tahun 1902, ia membangun layanan telegraf nirkabel lintas Atlantik dari Glace Bay di Nova Scotia, Kanada, hingga ke Clifden, Irlandia. Bahkan, namanya menjadi harum ketika ia menerima hadiah nobel pada 1909 dan berkontribusi menyelamatkan penumpang Kapal Titanic melalui alat pemancar sinyal pada 1912.
Setelah kiprah Marconi, radio banyak dilirik dan dikembangkan orang-orang Amerika Serikat dan negara-negara dunia lainnya. Teknologi itu mampu memberikan komunikasi yang efektif pada zamannya. Salah satunya, Hindia Belanda (kini Indonesia) yang turut serta melibatkan peran radio dalam kehidupan bermasyarakat kala itu.