Raja Airlangga akhirnya meminta bantuan guru spiritual yang terkenal pada masanya, Mpu Bharadah, untuk mengatasi aji wegig berupa gerubug (wabah) Calon Arang. Mpu Bharadah menyanggupi permintaan raja Airlangga dengan syarat segala biaya untuk operasi tersebut ditanggung kerajaan.
Baca juga: Ketika Pengguna Leak Hancurkan Negeri (Bagian I)
Selanjutnya, Mpu Bharadah mengirim putranya, Mpu Bahula, untuk menyelidiki penyebab teluh Calon Arang.
Mpu Bahula pun menikahi Ratna Manggali demi menyelidiki lebih jauh teluh janda itu. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam dengan maskawin sirih, perak, selendang, permata ratna mutu manikam yang bersinar.
Suatu ketika, terbongkarlah asal usul kesaktian Calon Arang, yaitu lontar pengleakan miliknya. Ratna Manggali sendiri yang memberitahu Mpu Bahula. Kemudian, Mpu Bahula membawa lontar tersebut ke Mpu Bharadah.
Lontar itu telah sampai ke Mpu Bharadah. Dibacanya dengan teliti, isi lontar itu berisi hal sangat utama untuk jalan kebaikan, dan puncak rahasia isi lontar tersebut ialah menuju kesempurnaan. Mpi Bharadah membatin; mengapa diarahkan menuju jalan yang salah, yaitu tenung?
Mpu Bharadah menemui Calon Arang. Ia menasehati Calon Arang yang telah salah jalan. Calon Arang mengaku berdosa, namun ia meminta diruwat agar dirinya bersih dari dosa-dosa. Mpu Bharadah menolak. Calon Arang murka, lalu terjadilah pertarungan antara Calon Arang dengan Mpu Bharadah.
Pertempuran yang keduanya berlangsung dengan sengit. Calon Arang menghancurkan pohon beringin dengan sihirnya, lalu mengeluarkan api dari mulutnya yang hendak membakar Mpu Bharadah. Namun api tersebut tidak berpengaruh apapun terhadap Mpu Bharadah.
Sebaliknya, Mpu Bharadah mampu mengalahkan Calon Arang. Janda sakti ini dibuat mati berdiri. Namun, supaya dosanya terhapus, Mpu Bharadah menghidupkannya lagi. Mpu Bharadah ingin mengajari Calon Arang kesempurnaan ilmu dan kelepasan diri (moksa) sehingga membuka jalan untuknya menuju sorga.
Setelah Calon Arang diberitahukan seluk beluk kematian oleh Mpu Bharadah, dirinya merasa lega. Lalu, Calon Arang minta diri kepada Mpu Bharadah. Sang Pendeta telah meruwat dan membimbingnya.
Demikianlah, Calon Arang berhasil diruwat, kemudian ia mati. Mayat Calon Arang kemudian dibakar oleh Mpu Bharadah dan telah lebur menjadi abu.
Baca Juga: Tafsir Leak dalam Sastra: Calon Arang dan Obyek Patriarki
Editor: Agil Kurniadi