Ketika evolusi sepeda sampai pada teknologi rantai yang menghubungkan dua roda yang berukuran seimbang, maka di situlah era transportasi sepeda mulai berkembang. Awal abad 20 adalah era kejayaan penggunaan sepeda.
Baca juga: Sejarah Sepeda: Gaya Hidup Millenial Masa Kini dan Lampau
Selain musim sepeda berkembang di Eropa dan Amerika, berkembang pula ke Asia. Cina salah satunya. Setelah Dinasti Cina runtuh pada tahun 1911, orang-orang Cina mulai menyorot sepeda.
Orang-orang kelas menengah perkotaan di Cina yang semakin bertambah mulai berupaya untuk menciptakan teknologi murah. Sepeda yang sebelumnya diimpor dari luar Cina dan dikonsumsi orang kelas atas tak lagi laku. Orang-orang kelas menengah perkotaan mulai memproduksi sepeda secara domestik dalam jumlah besar.
Hasilnya: jumlah sepeda menjadi membludak. Tahun 1925, di Shanghai, diketahui jumlah sepeda sebanyak kurang dari 10 ribu sepeda. Lima tahun kemudian, jumlahnya bertambah menjadi 20 ribu sepeda. Sepuluh tahun selanjutnya, jumlah sepeda di Cina bahkan mencapai setengah juta sepeda.
Pemerintahan komunis Cina pada 1949 bahkan mengarahkan Cina sebagai “Kerajaan Sepeda” untuk 40 tahun ke depan (Melissa Bopp & Daniel Piatkowski; The Bicycle: A Technology and Social History).
Pemerintah Komunis Cina mengindustrialisasi sepeda dengan tujuan membangun sistem angkutan massal alternatif. Pembuatan sepeda dikembangkan besar-besaran. Salah satu perusahaan sepeda yang terkenal di Cina adalah Flying Pigeon yang berbasis di Tianjin. Sepedanya dinamakan “Flying Pigeon”. Di Indonesia, sepeda ini disebut sepeda onthel atau jengki.
Ciri sepedanya: berbahan besi; berwarna hitam; tempat duduk depan dan belakang; dan berantai tertutup. Harganya saat itu sebesar 150 yuan. Selama tahun 1970-an hingga 1980-an, pabrik Tianjin memproduksi 10 ribu sepeda Flying Pigeon sehari.
Sepeda pun semakin menjadi barang sehari-hari. Hingga akhir 1980-an, hampir 60 persen penduduk Beijing dimudahkan dengan sepeda. Bahkan diestimasikan saat itu, sudah ada 100 juta sepeda di negara tersebut.