Semuanya dimulai ketika koloni Inggris di India dibagi menjadi 2 negara, yaitu India dan Pakistan, pada tahun 1947.
Sejak saat itulah, perseteruan antara kedua negara bersaudara ini dimulai.
Titik seteru dimulai dari Khasmir yang waktu itu diperintah oleh raja Hindu tapi berpenduduk mayoritas muslim.
Raja wilayah itu kemudian menggabungkan daerahnya ke India, tapi ditentang oleh penduduknya yang mayoritas muslim.
Kedua negara ini sudah 3 kali berperang pada tahun 1948, 1965, dan 1971 dalam memperebutkan wilayah Kashmir.
Hubungan di antara keduanya bagaikan minyak dan air. Dalam perkembangannya, India dan Pakistan mampu mengembangkan persenjataan nuklir masing-masing pada 1971 dan 1998.
Mengingat hubungan keduanya yang panas dingin dunia sangat khawatir menyaksikan terjadinya perang nuklir di antara kedua negara tersebut.
Kejadian terbaru pada bulan Mei 2025 hampir membuat dunia menyaksikan terjadinya perang nuklir di antara keduanya.
Pada pekan kedua, pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam duel udara sengit yang nyaris memicu perang skala penuh.
Medan tempurnya terjadi di perbatasan Kashmir yang selama ini disengketakan. Insiden ini merupakan adu militer teknologi tercanggih pada abad ke 21 yang melibatkan jet tempur generasi 4.5+, rudal hipersonik, dan sistem pertahanan udara mutakhir.
Pada perang kali ini, cukup ramai disinformasi dari kedua belah pihak tentang keunggulan perang masing-masing negara.
Berseliweran klaim dari masing-masing pihak bahwa mereka memenangkan perang dalam duel udara ini.
Operasi Sindoor dan Bunyan Al Marsus
India diguncang oleh serangan teroris pada 22 April 2025 di Pahalgam yang menewaskan 26 turis.
Pemerintah Modi pun kemudian menuding adanya kegiatan teroris yang disinyalir berasal dari Pakistan.
Maka, diluncurkanlah operasi Sindoor pada 6 Mei dengan melibatkan peralatan perang tercanggih dan mutakhir.
Targetnya adalah kamp-kamp pelatihan teroris di Pakistan sehingga menimbulkan korban jiwa.
Tapi, pada kenyataannya, serangan tersebut menghantam kawasan sipil dan masjid sehingga menewaskan 31 orang sipil Pakistan.
Nama operasi ini didasarkan metode yang dilakukan para penyerang di Pahalgam yang memisahkan turis pria dan wanita, serta menargetkan non-Muslim dan meninggalkan para istri Hindu dalam keadaan janda.
Dalam tradisi Hindu, para janda tidak lagi mengenakan sindoor sehingga operasi melambangkan respons yang pedih dan simbolis terhadap tindakan tersebut.
Sehari setelahnya juga terjadi pertempuran udara terbesar abad 21 yang melibatkan jet-jet tercanggih dari Cina, Prancis, Rusia dan Amerika.
Malangnya, India mengalami kerugian besar dengan ditembak jatuhnya 5 pesawat mereka oleh pilot-pilot Pakistan. Pesawat-pesawat itu terdiri dari 3 Rafale, 1Mig-29 dan 1 Su-30.
Pakistan membalasnya dengan nama operasi Bunyan Al Marsus pada 10 Mei 2025 dengan menargetkan sejumlah kota-kota India.
Operasi ini ditujukan terhadap sejumlah instalasi militer India yang berada di Kashmir. Nama operasi ini berasal dari Alquran yang bermakna persatuan dan kekuatan umat Islam yang berjuang di jalan Allah.
Lewat operasi ini Pakistan mengklaim telah menyerang jaringan listrik India lewat jaringan siber.
Ternyata India malah cukup kewalahan dengan serangan balik ini sehingga pemerintahan pusat di New Delhi panik karena terkejut dengan serangan Pakistan yang tidak diperkirakan.
Untunglah, pada 10 Mei 2025, AS melakukan intervensi untuk mencegah agar konflik tidak berlarut larut dan menimbulkan perang yang lebih besar sehingga kedua negara dapat didamaikan.
Meskipun ada riak-riak kecil yang cukup mengganggu, tapi bisa menghindarkan dunia dari perang nuklir yang terjadi bila dibiarkan.
Pada 12 Mei, diadakanlah gencatan senjata yang diumumkan langsung oleh PM Modi dari India.
Beruntunglah dunia dari perang nuklir yang dapat dihindari meskipun terdapat korban jiwa. Selamatlah kedua bangsa bersaudara dari kematian akibat perang nuklir.
Sejarah telah menunjukkan bahwa India dan Pakistan mampu menarik pelajaran dari konflik sebelumnya.
Namun, tanpa upaya serius untuk memutus siklus kekerasan dan membangun kepercayaan, perdamaian di Kashmir akan tetap menjadi mimpi yang sulit diwujudkan.
Dunia internasional harus terus mendorong dialog karena konflik ini bukan hanya ancaman bagi Asia Selatan, tetapi juga stabilitas global.