Sosok Trump adalah pribadi yang sulit ditebak dan sering menimbulkan sensasi dalam dunia politik Amerika.
Kini sang politisi tersebut kembali memberikan kehebohan di dunia internasional. Setelah menjabat pada periode pertama dan cukup menimbulkan kegaduhan di seantero dunia, kini Trump kembali lagi ke tampuk kepresidenan AS mewakili Partai Republik.
Terpilihnya kembali Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 menimbulkan guncangan hebat di seantero dunia.
Setelah dilantik pada 20 Januari 2025 Trump mulai mengeluarkan serangkaian pernyataan kontroversial.
Spekulasi-spekulasi telah muncul tentang arah kebijakan AS di masa depan. Kelihatannya Trump akan mengambil pendekatan “America First” seperti sebelumnya.
Trump lebih tertarik mengutamakan kepentingan nasional negaranya dalam hal kebijakan luar negeri.
Sebelum resmi dilantik, Trump mengeluarkan pernyataan akan membeli Greenland guna mempertahankan Amerika dari ancaman luar seperti Cina dan Rusia.
Selain itu, ia juga mengutarakan niatnya untuk menganeksasi Kanada dan Terusan Panama dengan jalan militer.
Trump juga mengklaim bahwa dia menekan pemerintahan Israel di bawah Netanyahu untuk segera berdamai dengan Hamas di Gaza.
Kebijakan luar negeri yang diambil Trump pertama kali adalah menghentikan bantuan luar negeri kecuali kepada 2 negara yaitu Israel dan Mesir.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump cenderung bersikap unilateral dengan menarik AS dari berbagai perjanjian internasional dan memperketat hubungan dagang dengan negara-negara besar seperti Cina.
Trump juga berencana menerapkan tarif pada Meksiko dan Kanada yang keduanya merupakan sekutu AS.
Pada masa jabatan keduanya, Trump diperkirakan akan kembali mengobarkan perang dagang jilid kedua pada Cina.
Dengan tarif impor yang lebih tinggi, kebijakan proteksionisme terus diperketat sehingga dapat berdampak langsung pada rantai pasokan global dan mitra dagang utama AS.
Trump juga menghentikan pendanaan terhadap USAID sebagai lembaga donor yang mempromosikan kepentingan Amerika karena dianggap sebagai pemborosan terhadap keuangan Negara dan menghamburkan uang pajak warga Negara Amerika.
Di timur tengah Trump kembali menunjukkan keberpihakan yang lebih kental pada Israel dengan mengatakan akan menganeksasi Gaza yang baru selesai gencatan senjata pada Januari kemarin.
Guna mendorong investasi, Trump kembali mengusung kebijakan pemotongan pajak bagi bisnis domestik di bidang ekonomi.
Ia telah mengumumkan rencana untuk menurunkan pajak perusahaan dari 21% menjadi 15% dengan tujuan mendapatkan kembali modal yang telah dikirim ke luar negeri.
Karena investor cenderung lebih tertarik menanamkan modalnya di AS kebijakan ini dapat mengurangi investasi asing di negara berkembang.
Di bawah kepemimpinan Trump, komunitas bisnis di seluruh dunia harus mulai menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinannya.
Kebijakan moneter AS pun diprediksi akan seperti roller costar karena Trump akan melanjutkan kebijakan fiskal yang ekspansif seperti pemotongan pajak besar-besaran dan peningkatan belanja infrastruktur sehingga defisit anggaran AS meningkat.
Kebijakan ini dapat menyebabkan peningkatan inflasi dan memaksa Federal Reserve menaikkan suku bunga sehingga mengakibatkan penguatan mata uang dollar terhadap mata uang lainnya.
Bagi Negara-negara yang banyak memakai dollar Amerika hal ini akan menjadi bencana bagi mereka karena biaya impor yang makin besar.
Dalam 4 tahun ke depan, masa depan dunia menjadi semakin tidak terprediksi dengan perilaku Trump yang ugal-ugalan dan seenaknya sendiri.
Apakah America First Trump akan membuat dunia menjadi semakin gonjang-ganjing dengan keadaan yang semakin tidak bisa diprediksi.
Semoga keadaan ini tidak berkembang ke arah yang lebih berbahaya.