Sejarah mencatat, Ratu Bagus Angke atau Pangeran Tubagus Angke merupakan gelar nama penguasa wilayah Angke yang paling dikenal.

Baca juga: Angke Tempo Dulu: Menilik Wilayah dan Masyarakatnya

Namanya mengikuti toponim setempat, yaitu Kali Angke. Kali Angke kala itu masih menjadi wilayah perbatasan antara kekuasaan Banten dan Jayakarta, sebelum batas wilayahnya dipindahkan ke sungai Cisadane.

Kini, nama Pangeran Tubagus Angke menjadi nama jalan di Angke yang diubah dari kata “Bacherachtsgracht”.

Pembaca, mungkin bingung tentang nama “Ratu” untuk seorang lelaki bangsawan. Sebab, nama Ratu biasanya dihubungkan dengan nama seorang wanita permaisuri raja.

Tetapi dalam sejarah Indonesia, hal ini sering ditemukan sebagai nama gelar. Di depan nama “Ratu”, juga sering ditambahkan dengan gelar “Pangeran” atau “Panembahan” sebagai gelar.

Sebagai contoh, keturunan Sunan Gunung Jati yang menjadi Sultan di Cirebon seperti Panembahan Ratu I dan Panembahan Ratu II. Imam pertama Masjid Demak, Sunan Bonang, dijuluki “Pangeran Ratu”.

Anak-anak dari Pangeran Jayakarta juga dinamakan dengan nama “Tubagus” atau “Ratu Bagus”, seperti Tubagus Arya Suta dan Tubagus Wekas. Nama asli dari gelar Pangeran Tubagus Angke sendiri adalah Kawis Adi Marta.

Para sejarawan seperti Hasan Muarif Ambary, Uka Tjandrasasmita, Nina Lubis, Halwany Michrob, dan A. Heuken SJ sependapat dengan Hoesein Djajadiningrat bahwa Pangeran Tubagus Angke adalah menantu dari Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten yang hidup pada tahun 1552-1570.

Sultan Hasanuddin adalah putera dari sultan pertama Banten, Sunan Gunung Jati Cirebon. Tubagus Angke menikahi puteri keenam dari Sultan Hasanuddin yang bernama Ratu Fatimah Pambayun.

Pernikahan Tubagus Angke dan Ratu Fatimah melahirkan seorang anak yang bernama Jayawikarta, kelak mendapat gelar “Pangeran Jayakarta”.

Orang Eropa menyebut Sang pangeran sebagai “Regent of Jakarta” atau “Koning van Jacatra” yang berarti penguasa Jakarta pada era itu. Sejak era kekuasaan Pangeran Jayakarta inilah, orang-orang Eropa, terutama Inggris dan Belanda, ingin menguasai Jakarta.

Editor: Agil Kurniadi

Share this post

1 comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Hai, ada yang bisa dibantu?